Ada yang berpendapat bahwa Nabi Nuh, adalah orang pertama yang
melakukan pencarian dan penyampaian berita. Dikisahkan bahwa pada waktu itu
sebelum Allah SWT menurunkan banjir besar, maka diutuslah malaikat menemui dan
mengajarkan cara membuat kapal laut sampai selesai kepada Nabi Nuh. Kapal
tersebut dibuat di atas bukit dan bertujuan mengevakuasi Nabi Nuh bersama sanak
keluarganya dan seluruh pengikutnya yang saleh dan segala macam hewan
masing-masing satu pasang. Setelah semua itu dilakukan, maka turunlah hujan
selama berhari-hari yang disertai angin kencang dan kemudian terjadilah banjir
besar. Dunia pun dengan cepat menjadi lautan yang sangat besar dan luas. Nabi
Nuh bersama orang-orang yang beriman lainnya dan hewan-hewan di dalam kapal
laut, berlayar dengan selamat di atas gelombang lautan banjir yang sangat
dahsyat. Setelah berbulan-bulan lamanya, Nabi Nuh beserta orang-orang beriman
lainnya mulai khawatir dan gelisah, karena persediaan makanan mulai berkurang. Masing-masing
penumpang pun mulai bertanya-tanya, apakah banjir besar itu memang tidak
berubah atau bagaimana? Mereka pun berupaya mencari dan meminta kepastian. Atas
permintaan dan desakan tersebut, Nabi Nuh mengutus seekor burung dara ke luar
kapal untuk meneliti keadaan air dan kemungkinan adanya makanan.
Setelah beberapa lama burung itu terbang mengamati keadaan air, dan
kian kemari mencari makanan, ternyata upayanya sia-sia belaka. Burung dara itu
hanya melihat daun dan ranting pohon zaitun (olijf) yang tampak muncul ke
permukaan air. Ranting itu pun di patuknya dan dibawanya pulang ke kapal.Atas
datangnya kembali burung itu dengan membawa ranting zaitun, Nabi Nuh mengambil
kesimpulan bahwa air bah sudah mulai surut, namun seluruh permukaan bumi masih
tertutup air, sehingga burung dara itu pun tidak menemukan tempat untuk
istirahat. Maka kabar dan berita itu pun disampaikan Nabi Nuh kepada seluruh anggota
penumpangnya. Atas dasar fakta tersebut, para ahli sejarah menamakan Nabi Nuh
sebagai seorang pencari berita dan penyiar kabar (wartawan) yang pertama kali
di dunia. Malah ada yang menyimpulkan bahwa Kantor Berita pertama di dunia
adalah Kapal Nabi Nuh.
Dalam sejarah Kerajaan Romawi disebutkan bahwa Raja Imam Agung
menyuruh orang membuat catatan tentang segala kejadian penting. Catatan itu
dibuat pada annals (papan tulis yang digantungkan di serambi rumah raja).
Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan bagi setiap orang yang
lewat dan memerlukannya. Pengumuman sejenis itu dilanjutkan oleh Julius Caesar
pada zaman kejayaannya. Julius Caesar mengumumkan hasil persidangan senat,
berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa
yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya, dengan jalan menuliskannya pada
papan pengumuman berupa papan tulis pada masa itu (60 SM). Papan tulis itu
dikenal dengan nama acta diurna dan diletakkan di Forum Romanum (Stadion
Romawi) untuk diketahui oleh umum. Terhadap isi acta diurna tersebut
setiap orang boleh membacanya, bahkan juga boleh mengutipnya untuk kemudian
disebarluaskan dan dikabarkan ke tempat lain. Acta diurna itulah yang
disebut-sebut sebagai cikal bakal lahirnya surat kabar harian.
Sedangkan pada sejarah perkembangan jurnalistik di Eropa
mengemukakan bahwa tidak terdapat data yang dapat menjelaskan secara pasti
surat kabar dan siapa yang menerbitkannya untuk pertama kali. Tapi pada 1605
Abraham Verhoeven di Antwerpen mendapat izin untuk menerbitkan selebaran Nieuwe
Tijdinghen. Pada 1617 selebaran ini sudah terbit teratur 8-9 hari sekali. Pada
1629 Nieuwe Tijdinghen berganti nama menjadi Wekelijkscje Tijdinghen. Di Jerman
pada 1609 telah terbit Avisa Relation Order Zeitung. Pada tahun yang sama juga
terbit surat kabar Relation di Strassburg. Di Belanda surat kabar tertua
bernama Courante Uyt Italien en Duytscland terbit pada 1618. Di Inggris surat
kabar pertama bernama Curant of General News pada 1662. Di Prancis, pemerintah
menerbitkan surat kabar Gassete de France pada 1631.
Seiring kemajuan teknologi informasi, maka yang bermula dari
laporan harian maka tercetaklah menjadi surat kabar harian. Dari media cetak
berkembang ke media elektronik, dari kemajuan elektronik terciptalah media
informasi berupa radio. Tidak cukup dengan radio yang hanya berupa suara muncul
pula terobosan baru berupa media audio visual yaitu TV (televisi). Media
informasi tidak puas hanya dengan televisi, maka lahirlah internet, sebagai
jaringan yang bebas dan tidak terbatas. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, kini telah lahir banyak media (multimedia). Seorang yang membuka
internet, bisa sekaligus mendengar berita radio, atau mendengarkan musik, atau
menonton siaran televisi.
Sumber
:
-Drs.
A.S. Haris Sumadiria M.Si
-Drs.
Asnawin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar