Di ujung timur Pulau Yapen, Papua, Desa Barawai, Distrik
Yapen Timur tepatnya ditengah hutan Desa Barawai hiduplah sekelopmok
Cendrawasih atau yang sering disitilahkan Burung Surga (Bird of Paradise).
Burung-burung ini di jaga oleh masyarakat setempat sebagai bentuk perlindungan
kepada hewan yang hampir punah ini. Mereka berpendapat bahwa burung-burung
cendrawasih ini adalah Leluhur mereka yang dengan bahasa daerahnya (bahasa
Barawai) disebut sebagai Minor Jobiensis.
Menurut sejarahnya Burung Cendrawasih adalah jelmaan dari
kisah heroik dua leluhur orang Barawai. dua orang Barawai berseteru dan sepakat
menyelesaikannya dengan berkelahi di bawah pohon ayori (beringin). Karena dewa
tidak merestui perseteruan ini, ‘dikutuklah’ mereka jadi dua ekor burung cantik.
Sejak saat itu, mereka hidup dan menjadi simbol hutan Barawai. Mungkin juga
kutukan itu yang membuat dua ekor burung cenderawasih konon akan terjatuh jika
mereka ‘berkelahi’ terlalu dekat. Kini, justru pertunjukan ‘perkelahian’ itu
lah yang dinantikan wisatawan setiap pagi dan sore hari.
Sebuah kelompok yang bertugas sebagai penjagai burung ini di ketuai oleh Bapak Marthen
Mandenasi, Kelompok ini bernama Dorei Jay. Mereka bergantian menjaga pohon ayori(pohon beringin) dari pagi hingga sore. Mereka memastikan agar
para ‘leluhur’ punya amponuai (tempat untuk hidup dan berkembang biak) yang
nyaman. Pak Marthen Mandenasi adalah
masyarakat setempat yang berhak
dan bertanggungjawab atas kelestarian pohon ayori dan ampnonuai karena
Beliau sendiri sebagai perwakilan dari keluarga pemilik.
Sejak tahun 1991, jumlah burung cenderawasih di Barawai
tinggal puluhan ekor. Berkurang nya burung tersebut karena banyaknya pemburuh
liar yang mengambil burung tersebut untuk dijual sebagai souvenir, karena
burung ini tergolong mahal dan sangat diminati para wisatawan dan masyarakat
local. Oleh karena itu , penjagaan burung Cendrawasih disekitar ujung timur kepulauan yapen kini diperketat.
Hutan burung Cendrawasih kini menjadi salah satu objek
wisata di ujung timur kepulauan Yapen, Disekitar pantai Barawai juga disediakan
beberapa homestay oleh pemerintah provinsi. Namun tempat ini masih tergolong
sangat sepi. Beberapa kendala yang dihadapi adalah mengenai listrik dan air.
Dan juga pembangunan yang masih tergolong lambat dari pemerintah setempat.
Berhubung jauhnya lokasi tersebut dari kota serui hal ini
mengakibatkan kurangnya perhatian pemerintah daerah dalam pembangunan dan
periklanan bagi objek wisata terbaik di
ujung timur Kepulauan Yapen ini. Padahal
di tempat ini kita bisa menikmati Indahnya laut lepas dari Samudera
Pasifik dan gemuruh ombak selat Sasorai
sambil mendengar alunan syair nyanyian Burung Cendrawasih dengan suaranya yang
khas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar